REVIEW BUKU
ILMU TANPA AGAMA PINCANG, AGAMA TANPA ILMU BUTA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mandiri
Mata Kuliah : Keterpaduan Islam Dan Iptek
Dosen Pengampu :
Edy Chandra, S.Si., M.A
Oleh
IDAH FARIDAH
59461268
Bio-D/VII
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2 012
BAB I
LATAR BELAKANG
Alam, menurut
nauralis religious seperti Goodenough menyimpan misteri tentang pertanyaan yang
terjawab tentang alam, karena manusia adalah mahluk lemah yang tidak dapat
memilih sesuatu yang uncontrollable itu, sesuatu ” misteri” ada aspek “
sakralitas” disana. Karena mereka menggap bahwa alam memeiliki sifat yang
kerelijusan yang dapat di apresiasikan dalam kerangka dalam pandangan
naturalistik.
Dalam
kenatrulalistikan ini pemisahan antara tuhan dan alam. Dalam Charley
hardwick bahwa alam mempuyai sebab-sebab natural. Karena alamlah yang bersifat
rell dan selain alam sifatnya semu. Dengan demikian dalam pandangan ini, tidak
ada infentarisai Tuhan dalam kehidupan manusiawi, tidak ada eksistensi pada
kehidupan manusia.
Menurut
pandangannya tuhan tidak ikut campur dengan kejadian manusia dan alam yang
sedang terjadi, contohnya seperti tuhan tidak sedang gembira ketika panen
berlimpah pada masyarakat miskin, dan tuhan tidak sedang sedih ketika terjadi
musibah.disini manusia hanya menrima dan pasrah apa yang di putuskan tuhan
olehnya. Seperti halnya fenomena gerhana sedang terjadi manusia hanya menerima
den mensyukuri nikmat tuhan yang telah di berikan kepadanya.
Pada abad ke
12 aliran empirisme yang dibawakan oleh Roger Bacon dan Robert Grosseteste, dan
populerdi tangan prancis Bacon melalui karyanya yang terkenal Novum Organum dan
New Atlantis, di abad ini ilmiah sangat terkenal dan menghasilakn perubahan
besar bagi kebudayaan eropa barat. Terjadilah pemisahan ilmu-ilmu alam yang
berbasis metode ekperimental dengan filsafat alam yang berbasis metode
ekperimental dengan alam yang berbasis rasional-spekulatif. Dan melahirkan
pandangan atar disiplin ilmu pun semakin tinggi di bangun. Menurut Descrates
melalui konsep Cogito Ergo Sum (saya
berfikir, maka saya ada). Bahwa realitas kehidupan dalam dualisme ini dibagi
menjadi dua yaitu: alam fisikal dan alam
budi yang terpisah. Menurutnya alam fisikal berada dalam wilayah hukum fisika,
sementara akal dalam wilayah lain yang
berbeda. Menututnnya benda fisik ini tidak lain mengkait anatara benda dan
ukuran yag bergerak sesuai hukum mekanik, yang memiliki masa dan menempati
ruang. Dengan ini menyatakan bahwa alam fisika bersifat di ketahui dengan hokum
geometri dan mutlak. Ia menjelaskan baha Tuhan menciptakan alam seperti
“Pembuat Arloji” tak ada satupun pandangan holistik yang tersimpan di dalamnya.
Newton
menjelaskan tentang teori gravitasi, menurutnya benda bergerak disebabkan
tarikan gaya grafitasi. Besarnya gaya grafitasi dapat dihitung secara akurat
termasuk kecepatan bendanya. Pola pikir Newton ini sangat menyakini berlakunya hukum
sebab akibat. Disini terbukti bahwa Newton hanya mampu menjelaskan secara
rasional tentang gerak benda dan menghitungnya secara kuantitatif. Ia
berpendapat bahwa hokum tuhan telah hilang, ia berkata bahwa alam adalah mesin
yang bergerak secara meekanik sesuai dengan hokum grafitasi tanpaa campur
tangan kekuasaan tuhan.
Pada abad ke
20 melahirkan pandangan-pandangan yang dapat meruntuhakan apa yang sudah
digambarkan oleh Newton, menutut Schrodinger ia merumuskan persamaan matematika
gelombangnya yang mengenai keboleh jadian, bukan sebagai posisi (orbit)
electron yang tetap dan pasti. Menurutnya orbit electron dalam model Boher
adalah sebuah posisi dalam kebolehjadian yang tinggi. Dengan demikian electron
tidak berputar dalam orbitnya. Dari hasil pengamatan heisenbreg pengukuran
terhadap posisi di pengaruhi oleh subjektifitas atau alat ukur sehingga muncul
ketidak pastian pengukuran yang konstan. Artinya materi tidak dapat di pastikan
sifat dasarnya, teteapi berubah pada cara pandang ilmuan.
Pandangann
islam tentang agama secara substansial antara ilmu agama dan ilmu empiris
memang berbeda. Secara ontologism, objek kajian ilmu agama dalah risalah
kenabian(ayat qauliyah), sedang ilmu empiris adalah manusia dan alam(ayat
kauniyah). Secara epistimologi ilmu adalah metode tekstual, ilmu eksak adalh
metode rasional-eksperimental. Hanya meyakini sumber ilmu itu satu baik qauliyah
dan kauniyah semua datangnya dari Allah SWT . Ibnu Rosyid menyatakan bahwa kesimpulan-kesimpulan
akal budi murni dapat berbenturan dengan kebenaran wahyu. Kebenaran wahyu yang
datangnya dri Allah SWT , bersifat mutlak dan dapat mengatasi kebenaran kognitif
yang relatif. Sedangkan menurut Sayid Hasan Al Bana membagi sifat baik
kebenaran ilmu dan kebenaran agama menjdai dua yaitu “qath’i” (kebenaran yang
relijius), “zhanni” (ilmu yang meyakinkan). Ia berkata bahwa tidak ada
kebenaran yang ganda, yang ada adalah kebenarana tunggal yang dialogi,
bergantung pada sifat kebenarannya..
Menurut
sardar konsep islam mengenai limu pengetahuan harus membentuk basisi terstuktur
teoritis dan instusional. Ia berkata bhwa gagasan islam yang sesungguhnya
mengenai tentang ilmu pengetahuan. Inilah perbedaan pokok antara gagasan barat
mengenai ilmu pengetahuan dan gagadan
islam. Ilmu pengetahuan islam di kembangkan di atas paradigm dan ideology
seperti:tauhid risalah, kholifah, ibadah, adl, istishlah, dan syariah. Dengan
kata lain semua cabang ilmu pengetahuan dikembangkan atas daras metodologi dan
etika islam sehingga tidak akan muncul pandangan dualism seperti pendidikan
barat.
Hubungan dan
pola-pola hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama dalam sejarah. Menurut J.F
Haught dalam Science and Religion: From
Conflict to Converssation, pola konflik bukanlah satu-satunya
bentukhubungan ilmu penegtahuan dan agama. Haught membagi empat hubungan ilmu
pengetahuan dan agama, yaitu konflik, kontras, kontak dan konfirmasi.
Pendekatan
konfik adalah suatu keyakinan bahwa ilmu pengetahuan dan agam tidak dapat
dirujukan. Pendekatan kontras adalah suatu pernyataan bawha tidak ada
pertentangan yang sungguh-sungguh antara ilmu dan agama karena agama dan ilmu pengetahuan member
tanggapan masalah yang sangat berbeda. Pendekatan kontak adalah suatu upaya
dialog, interaksi dan kemungkinan adanya penyesuaian antara ilmu pengetahuan
dan agama. Pendekatan konfirmasi adalah suatau perspektif yang lebih tenang
tapi sangat penting. Perspektif ini menyorot cara-cara agama (pada tataran yang
mendalam) mendukung, dan menghidupkan segala kegiatan ilmiyah.
Menurut
Einstein pandangannya tentang agama dan ilmu pengetahuan sebagai berikut: ilmu
menurutnya pemikiran metodik yang di arahkan pada pencairan hubungan-hubungan
regulative dalam pengalaman-pengalaman sensual(yang berhubungan dengan alat
indra). Ilmu menghasilakn pengetahuan dan secara tidak langsung merupakan
peralatan kerja, kerja metodik yang tujuannya terbatas diatur lebih dulu.
Sedangkan pengetahuan tujuan-tujuan dan pernyataan-pernyataan nilai melampaui
domain kerjanya. Ilmu menjelaskan sebab akibat . senebtara definisi agama
berhubungan dengan tujuan-tujuan dan evaluasi-evaluasi yang merupakan pondasi
emosi, pikiran, dan tindakan manusia. Agama terkait dengan sikapmanusia
terhadap alam dengan penetapan idealism kehidupan individu dan komunal dan
hubungan timbale balik antar manusia.
Ilmu tanpa
agama pincang, agama tanpa ilmu buta merupakan buku hasil terjemahan Dr.
Mulyanto, yang mengungkap misteri tuhan dan keimanan eksistein. Edisi pertama,
terbitan Dzikra, cetakan pertama, Oktober
tahun 2006. Buku ini terdiri dari 4 bab, dengan jumlah halaman 111 halaman,
dilengkapi dengan daftar isi, kata pengantar dan pendahuluan.
Bab I
berjudul “Pendahuluan” terletak pada halaman 3-35. Bab II berjudul “Pandangan
terhadap Agama” terletak pada halaman 41-55. Bab III berjudul “Agama dan ilmu Pengetahuan” terletak pada
halaman 63-83. Bab IV berjudul “Pemikiran” terletak pada halaman 89-111.
Serangakaian
Bab I sampai dengan Bab IV merupakan satu kesatuan yang terkait tentang
mengungkap misteri tuhan dan keimanan eksitensi. Kata pengantar dalam buku yang
berjudul Ilmu Tanpa Agama Pincang, Agama Tanpa Ilmu Buta.
Didalamnya
juga menegaskan keadan umat manusia
menhgenai ilmu pengetahuan dan agama yang terus menerus menimbulkan
konflik. Yang menjadi konflik nya dalah dongeng-dongeng dan tradisi
kereligiusan ketika religious menimbulkan ide-ide religious berisi
pertanyanaan-pertanyaan dogmatis mengenai subjek wilayah ilmu. Konflik-konflik
dapat dihindar apa bila symbol-simbol tersebut merupakan hal yang sangat
penting bagi tujuan-tujuan religious. Sehubungan dengan itu buku Ilmu Tanpa
Agama Pincang, Agama Tanpa Ilmu Buta berusaha mengemukakan satu gagasan-gassan
ilmiah yang sebagaian terbuksi secara eksperimntal, sehingga menimbulakn
kereligiusan. Berdasarkan pertimbangan hal tersebut maka menurut beliau
rancangan buku Islamisasi Ilmu Pengetahuan harus dipublikasikan, dengan harapan
mendapat perhatian serius dari para pemikir islam dalam rangka membangkitkan
kembali semangat kerohanian menuju keridhaan Allah SWT.
Hubungan
antara “ilmu pengetahuan dan “agama” kita pun tentunya ingin tau pandangan
lebih jauh tentang hubungan tersebut. Pandangan Eisten mengenai agama dan tuhan
bagi kaum beriman sangat aneh. Ia tidak beriman kepada tuhan sebagai mna kaum
beriman pada umumnya. Eisten adalah seseorang agnostic yang menganggap tuhan
seperti pembuat arloji, yakni mengagap tuhan sibuk pada saat penciptaan,
setrlah itu menganggur karena arloji dapat bekerja secara sistem matis. Ia
penganut agama kosmis yang tidak percaya pada tuhan yang sifatnya personal.
Banyak fakta
ilmuan lain berpandangan seperti Eistn cukup membuat kita miris mereka tidak
percaya dan ragu-ragu mengenai tuhan. Pada titik ini, kita perlu kritis
terhadap pandangan para ilmuan termasuk einsten tentang agama dan tuhan , dapat
menjerumuskan an merangkap para ilmuan menjadi ateis, paling tida menjadi
seorang religious naturalis yang mengimani tuhan dan hari pembalasan.
Satu langkah
penting mengenai eisten dan para ilmuan lainnya yang menggenai kerekigiusan
naturalis secara proposional dan seimbang agar kita tidak terlalu terpesona dan
melupakan objektifitas.
Kita harus
menghargai kerja keras para ilmuan dan menghormati hasil karya-karyanyam, namun
dalam aspek agama mereka terjadi simpang siur dan berbeda pendapat, menghargai pendapat mereka
tentng ilmu pengetahuan dan agama. Dalam ilmu pengethuan merek berhasil
menghasilkan lmu pengetahuan yang sejahtera, namun pada titik keagamaan
terdapat kerisauan dengan kegundahan mereka yakni pencarian yang tidak pernah
selesai akan hakikat kebenaran.
BAB II
POKOK-POKOK
PENTING DALAM BUKU
Menurut
Einsten keadilan adalah misteri yang dapat kita alami. Mereka yang
mengetahuinya tidak akan heran, apalagi takjub. Dalam pengertian ini aku adalah
orang yang sangat religious, aku tidak dapat memahami satu tuhan yang member
pahala dan menghukum mahluk-mahluknya yang mempunyai kehendak dalam diri kita.
Dugan-dugan ini perasaaan takut atau egoism yang rancu dan jiwa-jiwa yang
lemah. Cukup bagiku misteri tentang kekealan hidup dan prasangka mengenai
struktur kenyataan yang mengagumkan serta mengenai pemikiran tentang alam.
Pda tanggal
22 maret 1954 eisten menrima surat dari wartawan ia membahas tenatang tuhan
yang bersifat rasional, isi suratnya saya percayya bahwa pendapat anda mengenai
masyarakat kami cukup masuk akal, tentu saja apa yang and abaca mengenai
keyakinan yang religious saya adalah kebohongan. Suatu kebohongan yang
sistematis. Saya tidak percaya pada Tuhan yang bersifat personal. Eisten
menjawab pertanyaan tersebut ia berkata bahwa ia tidak dapat mengerti mengenai
tuhan yang bersifat personal mengenai
tindakan-tindakan manusia memberikan pertimbangan kepada mahluk-mahluk mengenai
kreasi yang di milikinya. Kereligiusan kami dalah penghormatan sederhana
terhadap semangat unggul yang tak terbatas mengungkap dirinya, denganpemahaman
yang lemah dan fana kami memahami realita. Moralitas kepentingan tertinggi
untuk kami, tidak untuk tuhan. Seorang yahudi pun bertanya tentang
implikasi-implikasi religious dari teori relativitasi. Einsten menjawab tidak
percaya bahwa ide dasar teori relativitas berbda dengan pengetahuan ilmiah yang
kaitannya dengan kereligiusan. Hubungan timbal-balik secara objektif dan dapat
dipahami melelui logika sederhana. Perasaan religious disebabkan pengalaman
yang rasional, perasaan kagum skema luar biasa.
Makin banyak
orang diilhami oleh keteraturan yang tertata dari semua peristiwa alam, semakin
kokoh keyakinannya bahwa tidak ada ruang yang tersisa muncul karena sebab-sebab
lain. Eisten adalah seorang yang religious, bahwa ia maempunyai keraguan
kebesaran objek-objek dan tujuan-tujuan super-pribadi membutuhkan pondasi
rasional. Ketika ia ditanya apa yang di maksud dengan itu, ia menjawab, alam
menyembunyikan kerahasiaannya karena kehebatan penting yang dimilikinya, tetepi
tidak dengan cara tipuan.
Pada abad
1954 Einsten menerima sebuah surat yang mengenai evolusionis. Ia mnejawab
kesalah pahaman di sini adalah mengenai teksjerman. Menurutnya apayang saya
liat di alam adalah suatu struktur yang tidak sempurna dan yang harus mengisi
pikiran orang dengan”kerendahan hati’. Disisni perasaan religius yang tidak bernilai
sistematis. Eisten memperoleh pertanyaan dari mahasiswa dari Universitas Rutger
mengenai tujuan kehidup, ia menjawab tidak ada jawaban yang masuk akal karena
di sini berbicara mengenai tujuan dan tindakan kita. Jika anda menanyakan
tujuan masyarakat secara keseluruhan akan kehilangan makna. Karena tidak masuk
akal keinginan seseorang terhubung dengan kejadian-kejadian. Menurut pendapat
saya kepuasan mengenai keinginan dan kebutuhan
terdapat hubungan antara keselarasan dan keindahan di dalam hubungan
manusia.
Saya tidak
percaya pada kekekalan individu dan menganggap etika sebagai urusan manusia
yang eksklusif tanpa otoritas, manusia super dibelakangnya. Disini ia
mengatakan bahwa konsep mengenai jiwa tanpa badan adalah kosong dan tanpa
makna.
Moral dan
emosi ini saling berkaitan, kita digerakan dalam hubungan dengan sesame kita
melalui perasaan-perasaan tertentu, misalnya simpati, kebanggan, kebencian,
kasian dan sebagainya. Semua tindakan semacam itu akan berhenti jika
kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri kita berhenti bergerak.
Pemikiran
adalah faktor pengorganisasian di dalam diri manusia, sehingga menghasilkan
tindakan-tindakan. Proses ini menghasilkan suatu bagian yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Tentu saja tidak ada keraguan pada proses ini
sebagaimana seseorang dapat menjelaskan spiritualisasi emosi dan pikiran berupa
kesenangan pada keindahan kteasi artistik dan alaur pemikiran logis.
Sebelum
manusia matang dalam suatu sikap moral yang universal, rasa takut mereka
memberika atribut terhadap mahluk-mahluk pribadi yang imajiner yang tidak
terukur oleh fisik, dan mungkin manusia menyabutnya atau menakutinya. Mereka
percaya bahwa keberadaan mahluk-mahluk itu mendominasi imajinasi mereka. Inilah
tanda-tanda primitive mengenai tuhan. Ia bersemi dalam lading perasaan takut
dan membentuk kepercayaan eksistensi mahluk-mahluk tersebut memiliki pengaruh
kuat terhadap manusia, karena tidak mengherankan bahwa orang-orang menetapkan
ide-ide moral menghubungkannya secra dekat dengan agama.dengan klaim-klaim
moral tersebut menghasilkan budaya manusia menjadi monotisme.
Agama
monoteisme memperoleh bermacam-macam format dari bermacam-macam orang dan
kelompok, sehingga menghasilkan perbedaan yang mendasar. Dengan perbedaan itu
agama sering sering menyebabkan permusuhan dan konflik walaupun mengkait
manusia bersama-sama dengan ide mora universal kemudaian datanglah
pertumbuhanilmu-ilmu alam dengan pengaruh besar pada pemikiran dan kehidupan
praktis yang melemahkan keheningan agama terlebih pada zaman modern. Karena
hubungan yang dekat antara tradisi dan moral, telah bersama-sama berates-ratus
tahun yang Pelemahan agama membawa pada kelemahan yang serius terhadap
sentiment dan pemikir moral.
Perhatikan
dari sudut pandang posisi opres dan sekolah dengan metode kompetitifnya, yang
didominasi oleh pemujaan yang efisiensi dan keberhasilan, bukan bukan
nila-nilai kemanusaiaan dalam hubungannya dengan moral masyarakat.
Pada konsepsi
ini menunjukan suatu persyaratan bahwa setiap individu harus mempunyai
kesemapatan untuk mengembangkan anugrah-anugrah yang tersembunyi didalam
dirinya. Dengan cara ini, incividu dapat memperoleh kepuasan dengan haknya dan
dengan cara itu manusia dapat mengembangkan perkembangan yang terbesar.
Bagai para
pemikir ilmiah yang tidak mem[unyai perasaan religious yang dimiliknya atau
yang berbeda dengan perasaan agama yang naïf. Bagi mereka tuhan adalah suatu
keberadaan yang memelihara harapan akan keuntungan dan menjauhkan diri dari
hokum yang menakutkan.
Perasaan
religious bagi mereka terbentuk suatu kekaguman membayangkan pesona keselarasan
hokum alam yang mengungkap suatu kecerdasan mengenai keunggulan tertentu.
Perasaan ini merupakan penuntun kehidupan dan karya manusia agar mereka mampu
menjaga diri dari belenggu keinginan yang egois.
Tuhan yang
melindungi, menempatkan, menghargai dan meghukum, tuhan menurut pandangan orang
yang beriman mencintai dan menbelai kehidupan manusia dan bahkan kehidupan itu
sendiri, penghibur dalam duka cita dan keinginan yang tak terpuaskan. Ia
memelihara jiwa orang-orang yang mati, inilah konsepsi sosial dan moral tuhan.
Agama
merupakan campuran yang berfariasi dari tipe dua agama, agama tingkat social
lebih tinggi, agama moral lebih tinggi. Sedangkan agama tingkat social renah,
agama ketakuatan menjadi warana kehidupan mereka. Yang berlaku umum pada semua
tipe agama adalah karakter antropomorfis dari konsepsi mereka mengenai tuhan.
Perasaan
religious kosmis merupakan motif paling mulia bagi riset ilmiah. Orang-orang
yang terlibat tekstabilitas inilah yang mampu menyerap kekuatan emosi yang
memancar dari karya ilmiah dari jarak jauh, karena kekuatan emosi tersebut
dapat menembus realita kehidupan. Perasaan religious kosmislah yang member
seseorang manusia kekuatan semacam itu.
Selama abad
terahir dan abad sebelumnyatelah diyakini secar luas bahwa ada konflik antara
pengetahuan dan kepercayaan. Tujuan yang mendasar dan penilaian-penilaian serta
untuk mengatur kehidupan emosi individu, agama harus tampil dan memainkan
fungsi penting dalam kehidupansosial manusia.
Tidak sulit
untuk mencapai pengertian tentang ilmu. Ilmu adalah usaha abad kuno untuk
membawa umat manusia kedalam kesempurnaan melaui pemikiran sitematis. Dalam
pengertian ini agama adalah usaha umat manusia untuk menyadarkan mereka
terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tersebutyang memperkuat dan
mengembangkan pengaruhn ya secara konstan.
Konflik
antara agama dan ilmu pada masa lampau bermuara pada suatu
kesalahpahaman.walaupun posisi agama dan ilmu telah jelas diantara keduanya ada
hunbungan dan ketergantungan timbale-balik yang kuat. Agama yang menentukan tujuan karean agama telah
belajar dari ilmu, agamapun tealah berkontribusai pada upaya pencapaian
tujuan-tujuan tersebut. Sedangkan ilmu hanya didapat pada orang-orang yang
diilhami kebenaran dan pemahaman. Sumber permasalahan bersumber pad agama. Oleh
karean itu, harus ada keimanan bahwa aturan-aturan yang brlaku untuk dunia
eksistensi adalah rasionalitas, yaitu sesuatu yang dapat di pahami oleh akal.
Seorang ilmuan mengungkap dengan jargon: ilmu tanpa agama pincang, agam tanpa
ilmu buta.
Tujuan ilmu
adalah untuk menempatkan aturan umum hubungan timbale-balik objek-objek dan
peristiwa-peristiwa dalam waktu dan ruang. Tujuan agama adalh untuk membebaskan
umat manusia dari perbudakan, permohonan egosentris, keinginan-keinginan, dan
ketakutan-ketakutan, pemikiran ilmiah dapat membantu agama. Sementara itu
tujuan ilmu untuk menemukan kembali hubungan dan ramalan atas fakta-fakta. Ilmu
juga mencari hubungan yang mungkin dari unsure-unsur konseptual yang tidak
saling tergantung.
Ilmu dan
agama bener-bener terdapat sebuah kontradiksi yang tidak dapat di damaikan.
Ilmu kita definisikan sebagai pemikiran metodik yang diarahkan pada pencarian
hubungan regulative dalam pengalaman-pengalamn sensual. Ilmu menghasilkan
pengetahuan, ilmu menjelaskan menjelaskan hubungan sebab-akibat dan dapat menjangkau
simpulan penting, seperti kesusaian dan ketidak kesuaian dari tujuan serta
evaluasi-evaluasi. Sedangkan agama terkait dengan sikap manusia pada alam dan
penetapan idealism kehidupan individu dan komunal dan dengan hubungan
timbale-balik antar manusia. Simbol yang menjadi penyebab terjadinya konflik
antara agama dan ilmu ketika ide-ide religious berisi pertanyaan-pertanyaan
dogmatis mengenasi subjek wilayah ilmu. Konflik-konflik dapat dihindar apa bila
symbol-simbol tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi tujuan-tujuan
religious.
Apabila kita
memperhatikan kondisi kehidupan sebenarnya ras manusia yang beradab hari ini
dari sudut pandang yang paling mendasar, akan mengalami kekecewaan yang
mendalam dan menyakitkan karena pad ssaat agama secara bersahabat dengan cinta,
baik menjelaskan antarindividu maupun kelompok, yang muncul dalam realita malah
kondisi yang lebih menyerupai medan perang ketimbang sebuah orchestra.
Orang-orang ini dalaha musuh agama yang
besar karena mereka menyakitkan, bhawa ajaran agama bersifat khayalan
dan tidak sesuai dengan urusan-urusan manusia.
Interpretasi agama
sebagaimna dikedepankan di sini menyareatkan suatu ketergantungan ilmu pada
sikap religious, suatu hubungan yang dalam. Hasil hasil ilmiah tidak seluruhnhya
bergantung pada pertimbangan religious
atau moral. Padahal alam semesta ini memiliki sesuatu yang sempurna dan peka terhadap pengajaran rasional
pengetahuan. Jika keyakinan ini belum meresap secara emosional dan jika para
pencari tuhan belum terinspirasi oleh Amor Dei Intellextualis Spinoza, mereka
dengan susah payah berhikmat tanpa kenal lelah untuk mencapai prestasi-prestasi
terbesar mereka.
Setiap orang
berada disini tidak secara suka rela dan diundang untuk suatu prsinggahan yang
sebentar tanpa mengetahui alasnnya. Kita merasa bahwa manusia disini hidup
untuk orang-orang yang mereka cintai dan untuk orang-orang yang nasibnya
berhubungan dengan apa yang mereka miliki. Kata-kata Schopenhauer,” manusia
dapat melakukan apa yang ia inginkan, tetapi ia tidak dapat menginginkan apa
yang dia inginkan”,. Kesadaran akan kekurangan akan”kebebasan
kehendak”memelihara saya dari berlalu berlebihan kepad diri sendiridan sesame.
Pengalaman
yang paling indah dan paling dalam yang dimiliki seseorang manusia adlah perasaan
misteri, yakni prinsip utama agama dan semua usaha yang sungguh-sungguhdalm
seni dan ilmu. Ilmu dan agama terdapat hubungan yang sangat dekat dengan
kedunya. Karena ilmu tanopa agama itu pincang dan ilmu tanpa agama buta,
kedunya harus bekerja bergandengan tangan. Maksudnya, masing-masing mempunyai
tempat, tetapi masing-masing harus diturunkan pada alamnya. Mari kita berasumsi
mengenai orbit pergearakan matahari dalam orbit berputar mngelilingi
planet-planet. Ilmu mengetahui hukum-hukum alam.
Perasaan
kereligiusan saya dilihami kesadaran dasar tentang ketidak cukupan pikiran
manusaia untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang keselarasn alam semesta
yang kita coba rumuskan sebagai “hukum-hukum alam”.
BAB IV
PENUTUP
1.
Komentar
Pembahasan dalam buku ini cukup menarik, isinya mampu menarik
pembaca kedalam
rasa penasaran. Kemudian membuka cakrawala tentang
pentingnya ilmu dan agama memberikan pengetahuan kepada pembaca, bahwa
pentingnya ilmu pengetatahuan sealu berdampingan dengan agama. Semoga dengan
membaca buku ini bisa memunculkan generasi baru ilmuan-ilmuan agama supaya
tidak terjadi kealah pahaman lagi.
2.
Kelebihan
1.
Bahasa yang digunakan menarik.
2.
Isinya menarik bagi pembaca
3.
Menumbuhkan jiwa peduli akan agama dan ilmu penegtahuan
3.
Kekurangan
1.
bahasnya cukup tinggi
2.
Susunan kalimatnya sulit untuk
dipahami.
3.
Susunan pembahasan tidak
teratur, sehingga membingungkan pembaca.